"Mas, baca WA-ku nggak sih?" Tanyanya ketus dengan bibir cemberut dan mata fokus ke arah TV.
"WA apa Dek? Kamu ada nitip? Mas nggak sempet buka hp, tadi langsung bawa mobil begitu keluar kantor."
"Tau ah." Tambah ketus ia menjawab. Alamak, WA apa tadi istriku tercinta ini.
"Sayang, jangan cemberut gitu dong. Bilang aja sekarang mau apa, Mas belikan langsung," ucapku merayu, biar cepat kelar urusan.
Istri masih cemberut, dengan tangan disilang di atas dada, dan mata tetap fokus menonton TV.
Aku menghela nafas, sabaaar, sabaar. Tahan, tahaann, lagi puasa jangan terbawa emosi.
"Sayang." Kali ini kugenggam tangannya lembut, berharap dia cepat jawab apa maunya, pening kali pala suruh nebak-nebak isi chatnya. Ponsel berada di kamar, mau ambil, takut tambah murka ibu negara.
"Mas baca aja sana chatku," jawabnya dengan mata mendelik.
Hadeh, cewek apa susahnya ngomong langsung, pan ini suaminya ada di depan mata. Tapi, demi ketentraman rumah tangga, aku beranjak menuju kamar.
Ya salam, mau ke mall katanya. Kuhampiri ia yang masih asik menonton dengan bibir cemberut. Rayu lagi, belum kelar urusan.
"Adek mau ke mall? Yaudah hayu. Tinggal berangkat."
"Udah sore Mas."
"Ya emang kenapa kalo udah sore?"
"Ih, nanti buka gimana?"
"Ya buka aja, Sayang. Kok susah amat."
"Ih, ngga paham kamu Mas. Aku udah masak, tuh liat di meja." Bibirnya tambah berkerut dan mengerucut.
Gemas rasanya, ekspresi wajah itu ingin kucubit saja pipinya. Tapi ini bukan waktu yang baik, kalau dicubit bisa habis diri ini.
"Ya terus gimana? Katanya tadi mau ke mall?"
"Iya mau, tapi kalo udah sore gini gimana coba. Mas pulangnya sore banget." Nada suara manjanya keluar.
"Maaf Dek, tadi Mas lembur dadakan. Yaudah, gimana kalo ke mallnya habis maghrib?"
"Masa habis maghrib, Mas. Nanti tarawihan gimana?"
"Yaudah, sekarang aja ayo kalo mau mah. Mumpung belum terlalu sore. Jadi bisa sekalian cari tempat makan."
Istri diam, bibir yang mengerucut mulai terurai, tapi berganti dengan raut wajah sedih, melas. Alamak, aku salah ngomong apa ya?
"Ngga jadi."
Bingung, kenapa pula nggak jadi, tapi rautnya sedih bener.
"Loh, kenapa? Ayo Sayang kalo mau mah." Masih berusaha aku membujuk. Ini perkara harus kelar secepatnya. Kalau dibiarkan, bisa sampai tujuh purnama kaga kelar-kelar.
"Masnya terpaksa," jawabnya dengan nada sedih.
Bengong, terpaksa apa, batinku seraya garuk-garuk kepala yang tidak gatal, bingung Bro.
"Siapa yang terpaksa Dek. Mas nggak jawab terpaksa loh."
"Iya nggak, tapi pake 'yaudah' sama 'mah. Itu kan sama aja terpaksa."
Astagfirullah, kenapa serumit ini pemikiran perempuan. Sejak kapan 'yaudah' dan 'mah' berarti lain terpaksa? Ya Allah, luar biasa sekali cara berpikir kaumMu yang satu ini, luar biasa menguji kesabaran. Unik, lucu-lucu ngeselin. Ibarat berkendara, cowok lebih pilih lewat tol, bebas hambatan, cewek pilih jalan tikus, berbelok-belok, jalannya ancur. Mauteji (mau tepok jidat) jadinya. Cowok mah mau ke mall ya tinggal berangkat, buka di luar bisa, tempat makan banyak. Lha ini, mikirnya muter-muter bikin mumet. Cewek-cewek, untung sayang.
Dengan menahan senyum, aku berkata, "Loh, Mas nggak terpaksa Dek. Mas ulang, ayo berangkat."
Demi mendengar kalimat itu, bibirnya melengkung. Yes, sinyal mulai bagus nih suasana hatinya.
"Tapi, nggak jadi ah Mas, besok-besok aja hehe. Udah tambah sore juga," ucapnya seraya beranjak menuju dapur. Mimik wajahnya mulai ceria.
Maumu apa ibu negara? Tadi merengek-rengek, udah salah ucap, diulang, terus nggak jadi. Berapa menit terbuang ini, kalo ujungnya nggak jadi, buat apa kurayu daritadi. Ya iya, udah tau sore, ditambah merajuk dulu, semakin sore lah. Ingin rasanya berkata seperti itu, tapi tak bisa. Jangan cari perkara baru, Ardi! Akhirnya hanya senyum jawaban yang kuberikan, dengan embusan nafas perlahan. Sakarepmu wes.
Segera kubuka note. Semenjak menikah, aku jadi sering menulis. Iya, menulis kosa kata berikut artinya yang baru, yang diciptakan oleh kaum Allah super unik bernama perempuan. Sebelum lupa melanda, lalu nanti jadi perkara di antara kita, ditulis saja. Lumayan, membantu ketentraman kita. Biar nggak banyak salah paham, Bro.
Beberapa menit kemudian, istri keluar dari arah kamar seraya menenteng tas. Mau ngapain lagi itu ibu negara.
"Ayo Mas. Kita ke mall. Aku bete, pengen refreshing, sekalian buka di luar," ucapnya enteng.
Astagfirullah, sabar ini ujian!